Sektor Agro Bisnis Sangat Penting Bagi Indonesia

Jakarta, 13 Juli 2006 (saat itu saya masih koresponden untuk Agro Channels, Majalah Agro Bisnis asal Malaysia). Saya berkesempatan untuk wawancara dengan Bapak Anton Apriyantono, Menteri Pertanian saat itu. Inilah hasilnya…

Sektor pertanian merupakan sektor andalan perekonomian nasional. Hal tersebut disadari penuh oleh pemerintah dan bangsa Indonesia. Dalam memposisikan sektor pertanian sebagai andalan perekonomian nasionalnya pemerintahan kabinet Indonesia Bersatu telah menjadikan sektor pertanian sebagai satu dari enam prioritas pembangunan ekonomi nasionalnya yaitu revitalisasi pertanian dan pedesaan.

Revitalisasi pertanian dan pedesaan, secara garis besar ditujukan untuk (a) meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional, (b) menciptakan lapangan kerja berkualitas di pedesaan khususnya lapangan kerja non pertanian, dan (c) meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan masyarakat pedesaan yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan dan produktivitas pekerja di sektor pertanian

Dalam jangka menengah (2005-2009) sasaran pertumbuhan PDB sektor pertanian dalam arti sempit (tidak termasuk kehutanan dan perikanan diproyeksikan meningkat dari 2,97 persen pada tahun 2005 menjadi 3,58 persen pada tahun 2009 atau rata-rata meningkat 3,29 persen per tahun. Berdasarkan harga konstan tahun 2000 maka sasaran PDB sektor pertanian akan meningkat dari Rp 198 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 226 triliun pada tahun 2009.

Program Pembangunan Pertanian

Pembangunan Pertanian dilakukan melalui 3 (tiga) program utama, yaitu :
a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan yang bertujuan untuk memfasilitasi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang ingin dicapai dalam program ini adalah (a) tersedianya pangan pada tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, (b) meningkatnya keragaman konsumsi dan pangan masyarakat, dan (c) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi kerawanan pangan.
b. Program Pengembangan Agribisnis yang bertujuan untuk : (a) memfasilitasi berkembangnya berbagai produksi pertanian yang mempunyai nilai tambah dan daya saing yang tinggi baik di pasar domestic maupun internasional, dan (3) meningkatkan konstribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional.
c. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani yang bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumber daya pertanian, pengembangan kelembagaan dan perlindungan terhadap petani.

Memperluas produk makanan atau berbagai hasil olahan produk pertanian merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh pembangunan pertanian yang dilakukan melalui Program Pengembangan Agribisnis. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dilakukan upaya-upaya melalui pengembangan kelembagaan dan informasi pasar, pengembangan kerjasama dan perdagangan internasional, pengembangan lembaga system jaminan mutu produk pertanian, dan pengembangan promosi produk pertanian serta pengembangan agro industri pedesaan.

Revitalisai Pertanian dan Pedesaan

Berkenaan dengan Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan hal yang pertama serta utama dalam pelaksanaannya adalah komitmen politik dan dukungan berbagai komponen bangsa dalam melaksanakan kegiatan revitalisasi pertanian dan pedesaan. Komitmen politik terhadap revitalisasi pertanian dan pedesaan telah ditunjukkan oleh pemerintahan kabinet Indonesia bersatu dengan menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu prioritas utama pembangunan ekonomi nasionalnya. Selanjutnya pada bulan Juni tahun 2004 yang lalu Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudoyono telah mencanangkan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan.

Komitmen pemerintah untuk mendorong sektor pertanian melalui revitalisasi pertanian juga telah ditunjukkan dengan semakin meningkatnya volume dan proporsi anggaran pembangunan sub sektor pertanian dalam setiap tahunnya. Pada tahun 2007 anggaran pembangunan pertanian diusulkan sebesar 14,6 triliun rupiah. Dari anggaran yang diusulkan tersebut untuk pembangunan pertanian tahun 2007 disetujui pagu indikatifnya sebesar 7,8 triliun rupiah.

Sesuai dengan Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang dan Menengah (2005-2009)Departemen Pertanian memprediksikan bahwa kebutuhan investasi revolusi hijau yang diperlukan adalah sebesar Rp. 77,07 Trilyun, dengan rata-rata per tahun Rp. 14,40 Trillyun per tahun dengan rincian sebagai berikut:
a. Sub sektor tanaman pangan Rp. 30,05 T, rata-rata per tahun Rp. 5,08 T.
b. Sub sektor Hortikultura Rp. Rp.9,92T, rata-rata per tahun Rp. 1,98 T
c. Sub sektor perkebunan Rp. 20,52T, rata-rata per tahun Rp. 4,1T
d. Sub sektor peternakan Rp. 16,12 T, rata-rata per tahun Rp. 3,22 T

Pengembangan Komoditas Pertanian dan Prioritas Kegiatan

Dalam pengembangan berbagai komoditas pertanian, Departemen Pertanian telah menentukan 32 jenis komoditi pertanian yang akan dikembangkan sampai dengan tahun 2009, yaitu :
a. tanaman pangan : padi, kedelai, jagung, ubi kayu dan kacang tanah.
b. Tanaman hortikultura : kentang, cabe merah, mangga, manggis, pisang, anggrek, durian, rimpang dan jeruk.
c. Tanaman perkebunan : kelapa sawit, karet, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, tanaman serat, tebu, tembakau, cengkeh.
d. Peternakan : sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras, itik.

Departemen Pertanian juga telah mengidentifikasi berbagai kegiatan prioritas yang diyakini mampu mendorong percepatan pertumbuhan sektor pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani. Kegiatan tersebut dilakukan melalui pengembangan benih bersubsidi kepada petani miskin, penguatan kelembagaan perbenihan/pembibitan, peningkatan kapasitas sumber daya pertanian dan revitalisasi pertanian, penguatan kelembagaan ekonomi petani, stabilisasi/kepastian harga komoditas primer, penjaminan kredit pertanian, subsidi bunga modal investasi, penyediaan infrastruktur pertanian, mekanisasi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil, pengendalian UPT dan penyakit hewan, pertanian organik dan lingkungan hidup, pengembangan bio energi bidang pertanian, peningkatan kegiatan eksibisi, pilot-pilot percontohan, integrasi tanaman-ternak, kompos dan bio gas, peremajaan karet rakyat nasional, revitalisasi pelayanan jasa alat mesin pertanian dan kelompok usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian, reviatalisasi kelompok tani dan gabungan kelompok tani, fasilitasi terpadu investasi pertanian dan menajemen pembangunan pertanian

Peningkatan Inestasi dan Kerjasama Internasional

Indonesia sangat mengharapkan masuknya investasi di sektor pertanian dari berbagai negara . Negara Timur Tengah menjadi harapan yang cukup besar untuk berinvestasi di Indonesia karena negara-negara di kawasan tersebut mempunyai kesamaan terutama dalam hal agama, kemudian negara-negara di kawasan tersebut adalah negara-negara dengan income per kapita tinggi sehingga sangat besar kemampuannya untuk melakukan investasi di luar negeri, terutama di Indonesia, beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain:
• Mengadakan promosi investasi di kawasan Timur Tengah dan ini telah dilakukan oleh Menteri Pertanian pada tahun 2005 dengan mengadakan kunjungan sekaligus promosi investasi di negara-negara seperti Qatar, Dubai dan Saudi Arabia. Dan pada tanggal 17-22 September 2006 Departemen Pertanian akan mengikuti pameran “Saudi Agriculture Expo 2006” dan promosi investasi di Riyadh, yang akan mengundang para duta besar di kawasan Timur Tengah untuk mempresentasikan kajian tentang potensi pasar dan investasi di negara dimana ditugaskan dan untuk menjajagi kemungkinan adanya investasi yang bisa dikerjasamakan dengan negara-negara kawasan Timur Tengah.
• Selain itu upaya untuk memperbaiki iklim iklim investasi agar Indonesia kembali menjadi tujuan investasi yang menarik, pemerintah telah menerbitkan Keppres No. 3 tahun 2006 mengenai paket kebijakan perbaikan iklim investasi. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan semua instansi terkait melakukan perbaikan-perbaikan dalam memberikan pelayanan perizinan investasi.

Dalam mengembangkan berbagai komoditi pertanian, tentu saja Indonesia sangat memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan strategis yang berkembang disekitarnya. Oleh sebab itu keberadaan berbagai kelembagaan internasional seperti FAO, WTO selalu menjadi salah satu bahan pertimbangan dan masukan dalam pembangunan pertanian.

Dengan FAO misalkan Indonesia sangat menaruh perhatian terhadap berbagai upaya FAO dalam memperbaiki kondisi pangan dunia terutama di Negara-negara miskin dan berkembang. Dalam pengendalian penyakit hewan berbahaya seperti flu burung juga Indonesia melakukan kerjasama yang erat dengan FAO. Sementara itu dalam konstalasi perdagangan internasional Indonesia pun memperhatikan berbagai perkembangan yang digariskan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Nah… kira-kira bagaimana sekarang, cocok nggak dengan yang dulu direncanakan oleh beliau? [emka]

Leave a comment